Berita Viral Indoneisa.com,- Jakarta.
Kartel narkotika kembali menggegerkan publik, setelah menembak mati seorang pejabat militer, Kolonel Porfirio Cedeno. Perwira Angkatan Udara Ekuador itu tewas di dalam mobilnya, setelah diberondong sekelompok orang tak dikenal di Guyaquil, Minggu 16 Februari 2025.
Cedeno diketahui adalah pemimpin operasi khusus militer Ekuador, yang diberi tanggung jawab untuk memerangi dan membasmi puluhan kelompok kartel narkotika di negara tersebut.
Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari Daily Star, insiden penembakan terjadi saat Cedeno mengendarai mobil jenis SUV (Sport Utility Vehicle) dalam perjalanan dari Guyaquil menuju Manta.
Tujuan Cedeno ke kota Manta adalah untuk menghadiri sebuah perayaan yang diselenggarakan oleh militer Ekuador.
Awal perjalanan Cedeno biasa saja, hingga nasib sial menimpanya saat mobil yang dikendarainya mendadak mogok. Saat itu lah sekelompok pria misterius yang diyakini sebagai pembunuh bayaran, datang dan langsung memberondong kendaraan Cedeno.
Lusinan peluru yang dimuntahkan senapan serbu menembus kaca dan badan mobil. Akibatnya, sekitar 20 peluru melubangi tubuh Cedeno hingga meregang nyawa.
Dalam laporan lain yang dilansir VIVA Militer dari France 24, informasi ini dikonfirmasi langsung oleh Kepolisian Ekuador di sektor Santiago Tuston setelah melakukan olah tempat kejadian perkara. Kepolisian Santiano Tuston juga menjadikan 20 selongsong peluru sebagai bukti pembunuhan.
Sayangnya, tidak ada bukti kuat yang mengarah ke pelaku. Hanya aparat Ekuador meyakini jika para pembunuh yang mendapat perintah dari salah satu geng kartel, juga bepergian menggunakan mobil.
Pasca insiden tersebut, militer Ekuador langsung bertindak dengan membuka sayembara. Sejumlah besar uang yang tak dijelaskan jumlahnya, digelontorkan bagi siapapun yang berhasil meringkus pelaku.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Ekuador, Gian Carlo Loffredo, menyatakan jika balasan atas pembunuhan Cedeno adalah perang terhadap seluruh geng kartel.
"Ada di tangan kita untuk mengubah tindakan pengecut ini menjadi akhir dari era teror dan orang-orang menyedihkan yang memimpinnya," ujar Loffredo.
Dalam beberapa tahun terakhir, Ekuador tengah berada dalam konflik dengan sekitar 20 geng kartel narkotika. Kondisi darurat diberlakukan oleh Presiden Daniel Noboa, termasuk perintah pemberantasan geng tersebut.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar